Selasa, 03 Juni 2014

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA WANATANI ( AGROFORESTRY ) DALAM RANGKA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

PENDAHULUAN

          Hutan adalah sub ekosistem dunia yang merupakan sumber kekayaan alam, terdiri dari sumber non hayati dan sumber alam hayati, memiliki potensi sebagai sumber daya alam untuk pembangunan, kesejahteraan masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu diperlukan upaya yang terpadu dalam pengelolaannya. Adanya hutan adalah untuk kemanfaatan manusia dan manusia wajib melestarikannya sehingga dalam pengelolaan hutan harus berasaskan manfaat dan lestari.  
 Masyarakat pedesaan yang memiliki pekarangan, tegalan, kebun, sawah dan sebagainya, umumnya mengandalkan penanaman padi dan palawija serta jenis tanaman pertanian lainnya sebagai penghasil utama. Dalam perkembangannya diusahakan kombinasi jenis tanaman yang meliputi tanaman pangan, buah-buahan dan tanaman tahunan, serta tanaman kehutanan yang kemudian dikenal dengan istilah wanatani (agroforestry ). Perkembangan system wanatani ( agroforestry ) ini dinilai mampu meningkatkan fungsi ekonomi,ekologi dan social (Nair, 1993).
Pertanian tradisional yang biasa dilakukan melalui sistim tebang bakar atau perladangan berpindah sering kali dianggap sebagai penyebab utama kerusakan hutan. Konsep wanatani ( Agroforestry ) yang memadukan unsur tanaman hutan dan tanaman pangan ditawarkan sebagai suatu alternative system pertanian yang berwawasan lingkungan yang diharapkan dapat mengurangi intervensi masyarakat ke dalam wilayah hutan, selain itu juga memungkinkan meningkatnya pendapatan petani melalui peningkatan produksi lahan.  
Dalam pengertian yang lebih luas wanatani ( agroforestry ) berkembang sebagai suatu komponen pengelolaan sumber daya lahan secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan, bahan bakar dan pendapatan.
Pengembangan wanatani ( agroforestry ) manfaatnya sangat besar dalam meningkatkan produktivitas lahan dan ekonomi masyarakat, salah satunya dengan program yang digalakkan Pemerintah dalam rangka mendukung penyediaan bibit yang berkualitas dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan, yaitu pengembangan program Kebun Bibit Rakyat ( KBR ).
PERMASALAHAN
Berbagai pokok permasalahan dalam pengembangan usaha wanatani ( Agroforestry ) dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan di kabupaten Halmahera Timur bervariasi  seperti diantaranya :
 ( 1 ) disegi teknis, masih belum adanya acuan untuk mengembangkan teknik teknik yang cocok di Kabupaten Halmahera Timur, demikian pula halnya dengan pengenalan pola wanatani tradisional yang ada.
 ( 2 ) Secara ekologis , sering kali cukup rumit untuk diterapkan mengingat sifat tanaman yang dibudidayakan sangat bervariasi. Pemilihan pola yang tidak tepat sering kali menyebabkan timbulnya kompetisi tidak sehat antara pohon dan tanamanan pangan selama masa panen.
 ( 3 ) Dari segi sosial, masalah sumber daya manusia merupakan kendala bagi pengembangan program wanatani. Secara langsung kegiatan wanatani membutuhkan tambahan tenaga kerja yang dapat menyebabkan kelangkaan tenaga kerja pada saat kegiatan pertanian berlangsung. Selain itu petani cenderung resisten untuk mengganti tanaman pangan dengan tanaman keras terutama bila lahan terbatas. Hal lain yang menjadi hambatan adalah status pemilikan lahan yang belum jelas, sehingga petani kurang tertarik menanam tanaman jangka panjang.
 ( 4 ) Secara ekonomi, kompetisi antara tanaman pangan dan tanaman keras dpat menyebabkan hasil agregat lebih rendah daripada tanaman monokultur. Selain itu diperlukan periode yang lebih lama untuk tanaman keras sehingga kematangan dan memberikan nilai ekonomis. Petani juga sering dihadapkan pada kendala kondisi pemasaran yang sulit setelah program berhasil.

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA WANATANI DALAM RANGKA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN

 Program wanatani menyangkut berbagai aspek yang saling terkait satu sama lain, maka dalam pengembangannya perlu dirumuskan suatu konsep yang memadukan unsur tersebut. Pengembangan usaha wanatani tidak bisa hanya dilihat dari sudut pertanian dan kehutanan saja tetapi perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi, ekologi dan teknologi. Pengembangan aspek social ekonomi lebih mengarah pada factor pendukung pengembangan wanatani, sedangkan perbaikan aspek lingkungan dan teknologi lebih menekankan promosi wanatani sebagai suatu hal yang harus dilakukan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam. 
Dengan memperhatikan aspek aspek diatas upaya yang harus dilakukan adalah : (1) pengembangan aspek sosial pendukung wanatani
Pengembangan aspek social sebagai suatu strategi promosi pengembangan dan perluasan wanatani merupakan hal yang penting, salah satu upaya melalui pengembangan dari tingkat terbawah sampai teratas. Selain pengembangan organisasi dan kelembagaan diperlukan pengembangan jaringan kerja antar lembaga yang berkepentingan untuk penyebaran pengalaman yang melibatkan berbagai pihak. Keberhasilan gerakan wanatani adalah kegiatan wanatani dapat terjamin kelanjutannya karena secara social telah membudaya di kalangan petani, secara ekonomi telah dapat membiayai diri sendiri dan secara teknologis dapat ditopang oleh sumber daya yang tersedia dan pengetahuan yang dikuasai.
(2).  Pengembangan teknologi
Sistim wanatani lebih mengacu pada praktek wanatani yang sudah digunakan secara luas sehingga membentuk suatu system tataguna lahan yang jelas di wilayah tertentu, sedangkan teknologi wanatani menunjukkan suatu perbaikan  yang sebagian besar melalui kajian ilmiah yang dapat diterapkan secara menguntungkan. Dalam mengembangkan teknologi wanatani perlu diperhatikan maksud dan tujuan program menurut kepentingan daerah setempat, dimana dengan sendirinya harus mengacu pada factor lingkungan, social dan budaya masyarakat.
(3). Pengembangan aspek ekonomi
Faktor ketersediaan modal merupakan kendala yang sering diahadapi dalam mengembangkan program wanatani. Hal lain yang diperlukan adalah dukungan infrastruktur pemasaran yang memadai. Pangsa pasar yang jelas dan kemudahan transportasi akan mendorong minat masyarakat untuk mengadopsi program wanatani  karena kan mendapat kepastian akan adanya peluang untuk menyalurkan produksi dari lahan garapannya yang pada gilirannya akan memberikan tambahan pendapatan.
(4).Pengembangan sumber daya manusia.
Upaya promosi wanatani perlu didukung oleh pengembangan sumber daya yang memadai untuk menjamin keberhasilan dan kesinambungan program.Salah satu upaya yang penting untuk menunjang promosi wanatani adalah pengembangan kemampuan sumber daya manusia dalam wanatani di tingkat rendah , menengah dan tingkat yang lebih tinggi  melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan.
PENUTUP
Dari pemaparan diatas maka dapat diambil kesimpulan :
1.        Program wanatani merupakan suatu program yang layak dikembangkan sebagai suatu system yang berwawasan lingkungan dan bernilai ekonomis tinggi.
2.        Perlu dibentuk suatu system kelembagaan yang jelas untuk menangani program wanatani termasuk perumusan kebijakan yang mengatur perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan program. Selain itu diperlukan juga pengaturan yang jelas mengenai hak atas tanah yang melibatkan masyarakat penggarap / pemilik lahan.
3.        Perlu dibuat sistem pelatihan untuk para petugas lapangan dalam program wanatani dengan metode partisipatif dan menguatkan kemampuan sebagai fasiltator yang menawarkan alternative pemecahan masalah dan bukan hanya pengalihan teknologi.

4.        Harus adanya perbaikan dalam system pemasaran dengan melengkapi fasilitas maupun jaringan infrastruktur antar wilayah  serta pengaturan penyaluran hasil produksi yang lebih sederhana dan menarik. Program wanatani perlu dikemas secara menarik dengan memasukkan unsur insentif yang lebih mengacu pada dampak jangka panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar