PENDAHULUAN
Hutan adalah sub ekosistem dunia yang merupakan sumber kekayaan
alam, terdiri dari sumber non hayati dan sumber alam hayati, memiliki potensi
sebagai sumber daya alam untuk pembangunan, kesejahteraan masyarakat dan
lingkungannya. Oleh karena itu diperlukan upaya yang terpadu dalam
pengelolaannya. Adanya hutan adalah untuk kemanfaatan manusia dan manusia wajib
melestarikannya sehingga dalam pengelolaan hutan harus berasaskan manfaat dan
lestari.
Masyarakat pedesaan yang memiliki pekarangan,
tegalan, kebun, sawah dan sebagainya, umumnya mengandalkan penanaman padi dan
palawija serta jenis tanaman pertanian lainnya sebagai penghasil utama. Dalam
perkembangannya diusahakan kombinasi jenis tanaman yang meliputi tanaman
pangan, buah-buahan dan tanaman tahunan, serta tanaman kehutanan yang kemudian
dikenal dengan istilah wanatani (agroforestry ). Perkembangan system wanatani (
agroforestry ) ini dinilai mampu meningkatkan fungsi ekonomi,ekologi dan social
(Nair, 1993).
Pertanian tradisional yang biasa
dilakukan melalui sistim tebang bakar atau perladangan berpindah sering kali
dianggap sebagai penyebab utama kerusakan hutan. Konsep wanatani ( Agroforestry
) yang memadukan unsur tanaman hutan dan tanaman pangan ditawarkan sebagai
suatu alternative system pertanian yang berwawasan lingkungan yang diharapkan
dapat mengurangi intervensi masyarakat ke dalam wilayah hutan, selain itu juga
memungkinkan meningkatnya pendapatan petani melalui peningkatan produksi
lahan.
Dalam pengertian yang lebih luas
wanatani ( agroforestry ) berkembang sebagai suatu komponen pengelolaan sumber
daya lahan secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan
pangan, bahan bakar dan pendapatan.
Pengembangan wanatani (
agroforestry ) manfaatnya sangat besar dalam meningkatkan produktivitas lahan
dan ekonomi masyarakat, salah satunya dengan program yang digalakkan Pemerintah
dalam rangka mendukung penyediaan bibit yang berkualitas dalam upaya
rehabilitasi hutan dan lahan, yaitu pengembangan program Kebun Bibit Rakyat (
KBR ).
PERMASALAHAN
Berbagai pokok permasalahan
dalam pengembangan usaha wanatani ( Agroforestry ) dalam
rangka rehabilitasi hutan dan lahan di kabupaten Halmahera Timur bervariasi seperti diantaranya :
( 1 ) disegi teknis, masih belum adanya acuan untuk mengembangkan teknik
teknik yang cocok di Kabupaten Halmahera Timur, demikian pula halnya dengan
pengenalan pola wanatani tradisional yang ada.
( 2 ) Secara ekologis , sering kali cukup rumit untuk diterapkan
mengingat sifat tanaman yang dibudidayakan sangat bervariasi. Pemilihan pola
yang tidak tepat sering kali menyebabkan timbulnya kompetisi tidak sehat antara
pohon dan tanamanan pangan selama masa panen.
( 3 ) Dari segi sosial, masalah sumber daya manusia merupakan kendala bagi pengembangan
program wanatani. Secara langsung kegiatan wanatani membutuhkan tambahan tenaga
kerja yang dapat menyebabkan kelangkaan tenaga kerja pada saat kegiatan
pertanian berlangsung. Selain itu petani cenderung resisten untuk mengganti
tanaman pangan dengan tanaman keras terutama bila lahan terbatas. Hal lain yang
menjadi hambatan adalah status pemilikan lahan yang belum jelas, sehingga
petani kurang tertarik menanam tanaman jangka panjang.
( 4 ) Secara ekonomi, kompetisi antara tanaman pangan dan tanaman keras
dpat menyebabkan hasil agregat lebih rendah daripada tanaman monokultur. Selain
itu diperlukan periode yang lebih lama untuk tanaman keras sehingga kematangan
dan memberikan nilai ekonomis. Petani juga sering dihadapkan pada kendala
kondisi pemasaran yang sulit setelah program berhasil.
KEBIJAKAN
DAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA WANATANI DALAM RANGKA REHABILITASI HUTAN DAN
LAHAN
Program wanatani menyangkut berbagai aspek
yang saling terkait satu sama lain, maka dalam pengembangannya perlu dirumuskan
suatu konsep yang memadukan unsur tersebut. Pengembangan usaha wanatani tidak bisa
hanya dilihat dari sudut pertanian dan kehutanan saja tetapi perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi, ekologi dan teknologi. Pengembangan aspek social
ekonomi lebih mengarah pada factor pendukung pengembangan wanatani, sedangkan
perbaikan aspek lingkungan dan teknologi lebih menekankan promosi wanatani
sebagai suatu hal yang harus dilakukan dalam kaitannya dengan pengelolaan
sumber daya alam.
Dengan memperhatikan aspek aspek
diatas upaya yang harus dilakukan adalah : (1) pengembangan aspek sosial pendukung wanatani
Pengembangan aspek social sebagai suatu strategi promosi
pengembangan dan perluasan wanatani merupakan hal yang penting, salah satu
upaya melalui pengembangan dari tingkat terbawah sampai teratas. Selain pengembangan
organisasi dan kelembagaan diperlukan pengembangan jaringan kerja antar lembaga
yang berkepentingan untuk penyebaran pengalaman yang melibatkan berbagai pihak.
Keberhasilan gerakan wanatani adalah kegiatan wanatani dapat terjamin
kelanjutannya karena secara social telah membudaya di kalangan petani, secara
ekonomi telah dapat membiayai diri sendiri dan secara teknologis dapat ditopang
oleh sumber daya yang tersedia dan pengetahuan yang dikuasai.
(2). Pengembangan teknologi
Sistim wanatani lebih mengacu pada praktek wanatani yang sudah
digunakan secara luas sehingga membentuk suatu system tataguna lahan yang jelas
di wilayah tertentu, sedangkan teknologi wanatani menunjukkan suatu perbaikan yang sebagian besar melalui kajian ilmiah yang
dapat diterapkan secara menguntungkan. Dalam mengembangkan teknologi wanatani
perlu diperhatikan maksud dan tujuan program menurut kepentingan daerah
setempat, dimana dengan sendirinya harus mengacu pada factor lingkungan, social
dan budaya masyarakat.
(3). Pengembangan aspek
ekonomi
Faktor ketersediaan modal merupakan kendala yang sering diahadapi
dalam mengembangkan program wanatani. Hal lain yang diperlukan adalah dukungan
infrastruktur pemasaran yang memadai. Pangsa pasar yang jelas dan kemudahan
transportasi akan mendorong minat masyarakat untuk mengadopsi program
wanatani karena kan mendapat kepastian
akan adanya peluang untuk menyalurkan produksi dari lahan garapannya yang pada
gilirannya akan memberikan tambahan pendapatan.
(4).Pengembangan sumber
daya manusia.
Upaya promosi wanatani perlu didukung oleh pengembangan sumber
daya yang memadai untuk menjamin keberhasilan dan kesinambungan program.Salah
satu upaya yang penting untuk menunjang promosi wanatani adalah pengembangan
kemampuan sumber daya manusia dalam wanatani di tingkat rendah , menengah dan
tingkat yang lebih tinggi melalui
kegiatan pendidikan dan pelatihan.
PENUTUP
Dari pemaparan diatas maka dapat diambil kesimpulan :
1.
Program
wanatani merupakan suatu program yang layak dikembangkan sebagai suatu system
yang berwawasan lingkungan dan bernilai ekonomis tinggi.
2.
Perlu dibentuk
suatu system kelembagaan yang jelas untuk menangani program wanatani termasuk
perumusan kebijakan yang mengatur perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan
program. Selain itu diperlukan juga pengaturan yang jelas mengenai hak atas
tanah yang melibatkan masyarakat penggarap / pemilik lahan.
3.
Perlu dibuat
sistem pelatihan untuk para petugas lapangan dalam program wanatani dengan
metode partisipatif dan menguatkan kemampuan sebagai fasiltator yang menawarkan
alternative pemecahan masalah dan bukan hanya pengalihan teknologi.
4.
Harus adanya
perbaikan dalam system pemasaran dengan melengkapi fasilitas maupun jaringan
infrastruktur antar wilayah serta
pengaturan penyaluran hasil produksi yang lebih sederhana dan menarik. Program
wanatani perlu dikemas secara menarik dengan memasukkan unsur insentif yang
lebih mengacu pada dampak jangka panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar